Disadur dari sebuah cerpen berjudul In Another Country karangan David Constantine, 45 Years
bercerita tentang pasang surut kehidupan rumah tangga Geoff (Tom
Courtenay) dan Kate Mercer (Charlotte Rampling). Berawal ketika pasangan
yang tengah menikmati masa-masa pensiun mereka dengan tenang di sebuah
pedesaan, di wilayah timur Inggris tersebut, hendak mempersiapkan
perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-45 tahun. Namun seminggu
sebelum hari perayaan tersebut datang, tiba-tiba sang suami dikirimi
sepucuk surat yang isinya memberitahukan bahwa jenazah seorang wanita
bernama Katya, telah ditemukan dalam bongkahan es yang mencair di
pegunungan alpen, Swiss. Belakangan diketahui, ternyata Katya merupakan
cinta pertama Geoff yang secara tragis terpeleset jatuh kedalam sebuah
celah gletser yang sangat dalam, saat mendaki gunung bersamanya Lima
puluh tahun silam. Surat itu pun lantas memercikan pergolakan batin yang
membuat hubungan suami istri yang semula harmonis itu, menjadi
renggang. Di satu sisi, Geoff yang sempat mengutarakan niat nya untuk
pergi ke ke Swiss guna memastikan kebenaran informasi yang ia terima,
mulai terbuai akan kenangannya dulu bersama katya yang masih tersisa
dalam memorinya. Ia lalu membayangkan wajah Katya yang kini mungkin
masih terlihat muda setelah lima dekade berlalu, karena terawetkan oleh
es. Sementara kate yang mulai meragukan cinta Geoff terhadapnya,
berusaha tetap fokus dalam merencanakan pesta pernikahannya, dengan
mulai mereservasi gedung dan lain hal. Tetapi apa daya, keadaan semakin
memburuk terlebih ketika suatu malam Geoff kedapatan sedang mencari foto
Katya yang ia sembunyikan di loteng rumah. Hingga kemudian Kate, yang
menaruh rasa curiga pada suaminya, menemukan sebuah fakta yang
mengejutkan tentang Geoff dan masa lalunya.
Sebagian orang yang menyaksikan film ini, mungkin akan mengernyitkan
dahi ketika tahu apa yang mereka tonton, hanya sebuah drama
galau-galauan antar lansia dan diceritakan dengan pace yang sedemikian lambat pula. Tapi yang perlu digaris bawahi adalah bahwa 45 Years bukan lah film yang seremeh itu. Film ini lebih dari hanya sekedar tentang kecemburuan. 45 Years adalah sebuah portrait
yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah keterbukaan dalam menjalani
suatu hubungan, apalagi kaitannya dengan masa lalu. Jangan sampai
sesuatu yang terus ditutupi tersebut hanya menjadi bom waktu yang kapan
saja dapat dengan seketika meruntuhkan dinding kepercayaan yang dibangun
dalam sebuah hubungan, yang bahkan terjalin tidak dalam waktu yang
singkat. Problematika itu lah yang sekiranya terjadi dalam kehidupan
keluarga Mercer. Pernikahan yang dijalani lebih dari empat dekade
lamanya, berada di ujung tanduk, ketika sang suami rupanya masih
memiliki hasrat terpendam terhadap wanita lain yang telah meninggal.
Mengeksplor tingkatan emosi yang berlapis, melalui pendekatan yang
sangat sederhana, sang sutradara Andrew Haigh tidak hanya membuat film
ini menjadi begitu emosional, tapi sutradara yang sebelumnya dikenal
lewat film bertemakan percintaan sesama jenis berjudul weekend
ini, juga berusaha meramu sebuah struktur dramatis yang memiliki
kedalaman natural pada sebuah konflik keluarga yang menyentuh sesuatu
yang universal. Dengan menangkap ekspresi diri pada setiap karakter yang
ditulisnya, se-realistis mungkin adanya. kehati-hatiannya dalam
mengurai plot cerita, membuahkan hasil yang brilian. Salah satu contoh
begitu rapi nya naskah yang ditulisnya, adalah saat Haigh menyelipkan
sebuah twist yang dimunculkan dengan sangat halus, dimana twist tersebut mengiringi 45 Years berakhir dengan luar biasa memilukan dan meninggalkan kesan yang mendalam.
Sepanjang film, kita memang cuma akan menyaksikan Geoff dan Kate
Marcer asyik mengobrol, dan sebagian besar itu dilakukan di rumah
mereka. Meskipun demikian, dialog di film 45 Years sebenarnya tidak lah padat mengisi keseluruhan adegan yang ada. Pergerakan kameranya datar, dihiasi panoramic shot
yang terekam ekskuisit dengan latar pedesaan Norfolk yang teduh. Film
ini juga sepi akan latar musik. kalaupun ada, itu semua berasal dari
alat musik yang dimainkan oleh karakternya atapun dari pemutar musik,
yang tentunya dapat di dengar pula oleh para tokohnya. Saya sempat ragu
diawal, bahwa semua unsur tersebut, hanya akan menjadi paduan yang
membuat 45 Years terkesan sebagai cerita penghantar tidur
semata. Untungnya hal ini terselamatkan oleh penampilan para aktornya
yang maksimal. Charlotte Rampling dan Tom Courtenay yang intens terlibat
dalam film ini mampu memaksimalkan ruang yang terbatas, hingga
menghadirkan sebuah intimasi yang erat. Tidak hanya diatara keduanya
saja, tapi juga dengan penontonnya. Dengan kata lain, penonton
seolah-olah diposisikan berada di tengah-tengah kehidupan mereka. Duduk
di sofa yang berseberangan dengan mereka, mendengarkan obrolan mereka
sebelum tidur dan merasakan langsung atmosfer dari krisis pernikahan
keluarga Mercer.
Meski kedua aktor yang namanya telah malang melintang di belantika
perfilman Inggris tersebut sama-sama memberikan akting terbaiknya baik
Rampling maupun Courtenay, akan tetapi harus diakui, jika dibandingkan
diantara keduanya, yang paling mencuri perhatian adalah penampilan dari
Charlotte Rampling. Tak heran bila Rampling menonjol di film ini, selain
ia memerankan tokoh sentral, karena alur cerita dituturkan melalui
sudut pandang karakter yang dimainkannya, di usianya yang telah
menginjak 70 tahun, aktris yang sempat beradu akting dengan Woody Allen
di film Stardust Memories ini juga masih terlihat energik. Bahkan dari semua film-film nya yang telah saya tonton, 45 Years
lah yang paling berkesan bagi saya. Secara kompulsif penampilan
Charlotte Rampling yang prima, membangkitkan empati yang begitu besar
terhadap karakter Kate Mercer. Sebut saja ketika Kate mencoba
menenangkan diri dengan bermain piano klasik pada sebuah adegan long take
di pertengahan film. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, hanya melalui
gesture tubuhnya saja kita dapat menangkap bagaimana rapuhnya hati kate
saat itu. Secara keseluruhan 45 Years tak akan sama tanpa
akting Charlotte Rampling. Kata demi kata yang keluar dari mulutnya,
terlebih ekspresi yang ditunjukan dari raut wajahnya adalah kekuatan
utama 45 years dalam menjaga intensitas emosi yang solid hingga
film berakhir. Berkat Performa Rampling, cerita di film 45 years yang
sederhana, sunyi, dan mengalir apa adanya, terasa menghantui tak ubahnya
sebuah teror, yang melucuti nurani penonton dalam sebuah ketenangan
periodik. Berkat aktingnya yang apik pula lah, untuk pertama kalinya ia
berhasil dinominasikan sebagai pemeran utama wanita terbaik, dalam ajang
Academy Awards ke-88 yang dihelat februari lalu.
Kamis, 14 April 2016
Home »
Review Film 45 Years – Masa Lalu yang Terlambat Disadari
» Review Film 45 Years – Masa Lalu yang Terlambat Disadari
Review Film 45 Years – Masa Lalu yang Terlambat Disadari
Labels
- and 5 Other Things We Learned
- Astronaut's Major Complaint About Space Movies: They Should Be Wearing Diapers
- Decades in the making
- Documentary Star Lizzie Velásquez Talks About Fighting Back – and Hugging Her Cyber Bullies
- Elizabeth Banks on 'Pitch Perfect 3' and Why Women Can Totally Direct Dinosaurs
- Fifty Shades Darker
- Hidden Figures
- How to Watch New Movies on the Internet
- How to Write a Movie Review?
- John Wayne Taught Michael Caine How to Avoid Fan Pee
- John Wick 2 TV Spot: He Will Kill Them All
- Logan
- Monster Trucks
- passengers
- Plus Villain Revealed?
- R Rating Confirmed
- Relation Between the Industry and Movie Reviews
- Review Film 45 Years – Masa Lalu yang Terlambat Disadari
- Spider-Man Will Return In Avengers: Infinity War
- The Last Witch Hunter
- The LEGO Batman Movie Review
- The Predator Filming Begins Today
- The Space Between Us
- this 2005 example of egregiously bad filmmaking is sure to become an instant cult classic.
- Wonder Woman Gets a New Empire Cover
- X-Men Spin-Off Gambit Is Still Happening with Channing Tatum
Labels
- and 5 Other Things We Learned
- Astronaut's Major Complaint About Space Movies: They Should Be Wearing Diapers
- Decades in the making
- Documentary Star Lizzie Velásquez Talks About Fighting Back – and Hugging Her Cyber Bullies
- Elizabeth Banks on 'Pitch Perfect 3' and Why Women Can Totally Direct Dinosaurs
- Fifty Shades Darker
- Hidden Figures
- How to Watch New Movies on the Internet
- How to Write a Movie Review?
- John Wayne Taught Michael Caine How to Avoid Fan Pee
- John Wick 2 TV Spot: He Will Kill Them All
- Logan
- Monster Trucks
- passengers
- Plus Villain Revealed?
- R Rating Confirmed
- Relation Between the Industry and Movie Reviews
- Review Film 45 Years – Masa Lalu yang Terlambat Disadari
- Spider-Man Will Return In Avengers: Infinity War
- The Last Witch Hunter
- The LEGO Batman Movie Review
- The Predator Filming Begins Today
- The Space Between Us
- this 2005 example of egregiously bad filmmaking is sure to become an instant cult classic.
- Wonder Woman Gets a New Empire Cover
- X-Men Spin-Off Gambit Is Still Happening with Channing Tatum
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.